Islam mengajarkan akhlak mulia dan sopan santun kepada sesama manusia, termasuk kepada tamu yang datang berkunjung. Islam menganjurkan umatnya untuk memuliakan tamu dengan cara-cara yang baik dan sesuai dengan syariat. Bertamu dan menerima tamu merupakan bagian dari silaturahmi yang diajarkan oleh Rasulullah SAW.
Dalam sebuah hadis Rasulullah saw Bersabda :
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَه
Artinya: “Barang siapa beriman kepada Allah SWT dan hari akhir, maka hendaklah ia memuliakan tamunya.
Terkait dengan kedatangan tamu Negara dari seorang tokoh besar dunia dalam agama Katolik yaitu Paus Fransiskus, maka sebagai penganut agama yang mayoritas di negeri Indonesia ini, yaitu penganut Agama Islam, memberikan ruang-ruang keamanan dan kenyamanan untuk tamu Negara tersebut, guna untuk menampakan nilai-nilai Tasamuh yang diajarkan oleh Islam dan sebagai bentuk toleransi dalam berbangsa. Hal inilah yang diajarkan oleh baginda nabi Muhammad SAW yang kita suritauladankan dalam semua sendi-sendi kehidupan manusia baik dalam beragama maupun berbangsa.
Islam sangat menghormati tatanan sendi-sendi kehidupan manusia, Islam datang untuk menghadirkan dan menjunjung tinggi nilai-nilai kehormatan manusia. Rasulullah saw pernah menyampaikan tentang kehormatan manusia yaitu : Sesungguhnya Darahmu, Hartamu dan Harga Dirimu Terjaga dan Termuliakan. Maka dari itu sebagai bangsa yang besar, sebagai bangsa yang terkenal menjunjung tinggi nilai-nilai toeransi dalam pandangan Negara di dunia, maka Indonesia tidak segan-segan untuk menyambut, menghormati dan memberikan rasa keamanan dan kenyamanan terhadap semua tokoh-tokoh lintas agama yang hadir ke Negara tercinta Indonesia.
Adapun mengenai datangnya seri Paus Fransiskus untuk mengadakan Misa Agung yang dilaksanakan di lapangan olahraga sepak bola, Gelora Bung Karno (GBK) merupakan bentuk ritual ibadah yang dilakukan sebagai seorang tokoh agama dan penganutnya. Dan sebagai penganut agama Islam (Muslim) tentu mempunyai kesadaran akan tatanan nilai sosial keagamaan pada agama lain yaitu, bagimu agamamu dan bagiku agamaku. Sebagai Muslim kita pernah diajarkan oleh agama yang termaktub dalam kitab suci Al-Qur’an surat AL-Kafirun :
قُلْ يٰٓاَيُّهَا الْكٰفِرُوْنَۙ
لَآ اَعْبُدُ مَا تَعْبُدُوْنَۙ
وَلَآ اَنْتُمْ عٰبِدُوْنَ مَآ اَعْبُدُۚ
وَلَآ اَنَا۠ عَابِدٌ مَّا عَبَدْتُّمْۙ
وَلَآ اَنْتُمْ عٰبِدُوْنَ مَآ اَعْبُدُۗ
لَكُمْ دِيْنُكُمْ وَلِيَ دِيْنِ
Artinya :
1. Katakanlah: “Hai orang-orang
kafir,
2. aku tidak akan menyembah apa yang
kamu sembah.
3. dan kamu bukan penyembah Tuhan
yang aku sembah.
4. dan aku tidak pernah menjadi
penyembah apa yang kamu sembah,
5. dan kamu tidak pernah (pula)
menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah.
6. untukmu agamamu, dan untukkulah,
agamaku.”
Ahmad Rifa’i, M.Ag
Guru Mapel Qur’an Hadis MA Quantum IDEA