KADO DARI LANGIT

Bagikan

Puasa adalah ibadah rahasia yang bermanfaat untuk kehidupan pribadi dan kehidupan sosial manusia beriman. Puasa dijalani tanpa ritual apapun yang bersifat fisik layaknya ibadah-ibadah yang lain. Shalat misalnya memiliki gerakan tertentu dan dianjurkan agar dilakukan dengan berjamaah di satu tempat yang sama. Zakat melibatkan dua orang sebagai pemberi dan  penerima yakni muzakki dan mustahiq. Hajji dilakukan dengan aktivitas paling banyak dan berat serta lintas kota dalam lingkar tempat dan waktu yang sudah ditentukan. Ibadah-ibadah tersebut  tampak dalam pandangan sesama manusia sehingga tak sunyi.

Puasa dengan keunikannya tidak demikian. Ia dilakukan dengan tanpa melakukan apapun. Tuntunannya justru dengan menghindari beberapa hal yang terlarang dalam durasi tertentu. Hal-hal terlarang itu bukan sesuatu yang berbahaya layaknya racun atau perbuatan yang amoral melainkan perkara biasa yang setiap hari dilakukan manusia yaitu makan, minum dan hubungan biologis suami istri. Karena itu, puasa adalah tentang ujian dan ketaatan. Ia menyimpan dengan dalam keintiman antara hamba dengan Tuhannya. Tak ada yang tahu persis seseorang berpuasa atau tidak kecuali dirinya dan Tuhannya.

Maka dalam ibadah yang paling diam tersebut keikhlasan menjadi lebih terbentuk. Seseorang tak berharap untuk diketahui dan dinilai orang lain. Tentu pada sisi ini, puasa merupakan jalur yang tepat menuju keridhaan Yang Maha Penyayang.

Menjadi hamba yang diridhai adalah dambaan setiap insan beragama. Karena itulah maka setiap yang berpuasa mampu mengatasi tuntutan ego, dorongan nafsu serta desakan syahwatnya. Ia merasa dirinya diawasi oleh Dia Yang Maha Melihat dan Maha Mengetahui. Dengan kata lain, seorang hamba kini tengah dilingkupi oleh keimanannya.

Keimanan menjadi garis pemisah antara objek (mukhatab) dan bukan objek (gairu mukhatab) saat Allah menyeru hambanya untuk berpuasa melalui firman-Nya dalam Al-Baqarah ayat 183.

Artinya, bahwa ibadah puasa yang akan berbuah ketaqwaan itu hanyalah menjadi keharusan kaum beriman. Secara tersirat ayat tersebut hendak mengatakan bahwa puasa akan berbuah ketaqwaan jika didasari keimanan. Maka tanpa keimanan, upaya menahan diri dari makan, minum dan hubungan biologis tak akan mengantarkan seseorang menjadi lebih baik secara spiritual walaupun mungkin ia menuai manfaat secara medis dan lain sebagainya.

Mengapa demikian. Apa makna keimanan dalam upaya menahan diri untuk tidak mengkonsumsi apapun atau berhubungan badan suami istri sehingga dengannya ketaqwaan bisa diraih. Ini tak lain karena keimanan memberikan semangat yang tak sama jika puasa dijalani tanpa panggilan ilahi. Jika karena hanya ingin diet misalnya, maka setelah dietnya berhasil bisa saja akan menjadi penyebab ia akan tampil lebih terbuka di depan umum sehingga alih-alih akan membuatnya semakin percaya diri dan beretika justru kecelakaan morallah yang ia telah perbuat. Hal ini tak akan terjadi pada puasa yang berangkat dari kesadaran ber-Tuhan seseorang.

Oleh karena puasa ini adalah hubungannya dengan Zat Yang Maha Abadi dan Maha Syakur, sehingga seseorang bisa menjalaninya dengan penuh kesabaran. Mereka yakin dengan janji Al-Qur’an, bahwa:

Sesungguhnya orang sabar akan dilimpahkan pahlanya kelak di akhirat tanpa batas. (QS. Az-Zumar: 10)

Buah dari kesabaran saat puasa adalah ketaqwaan. Dan ketaqwaan bukan tentang sesuatu yang bersifat pribadi saja melainkan ia memiliki sisi sosial juga. Predikat taqwa bagi seseorang adalah setelah urusannya dengan diri sendiri dan urusannya dengan orang lain tuntas tanpa menyisakan kezhaliman ataupun noda-noda lainnya.

Kontrol sosial merupakan satu dari beberapa faidah puasa, dikarenakan ia dijalani dengan titik tekannya pada upaya menahan diri dengan ketat sehingga tidak gampang tersulut emosinya untuk bertindak hal-hal yang berlawanan dengan nilai-nilai keluhuran dan kebijaksanaan.

Fenomena hari ini memperlihatkan gerbang problem sosial yang sangat terbuka lebar dengan adanya teknologi canggih yang bisa menjadi sarana sosial atau yang kerap disebut media sosial antar manusia. Mereka dengan mudahnya terlibat dalam kehidupan orang lain tanpa kendali. Akibatnya adalah muncul pola hidup dan pola komunikasi yang bebas tanpa menghiraukan batas sehingga banyak terjadi bencana dalam kehidupan sosial, politik, budaya bahkan agama.

Maka dengan momentum berpuasa, semua bentuk keretakan dalam seluruh level kehidupan bisa terobati. Seluruh penyakit yang menghantui kehidupan sosial manusia bisa dicegah untuk tidak menjangkiti seluruh tubuh berbagai elemen hidup bermasyarakat.

Kaum beriman tidak akan keberatan terhadap hal ini. Mereka selalu termotivasi dengan janji Allah berupa ganjaran spesial yang akan dikaruniakan kepada siapapun hamba-Nya yang berpuasa.

Seluruh amal ibadah anak adam adalah milik mereka kecuali puasa. Ia adalah milikku dan akulah yang akan membalasnya. (hadis)

Jenis ganjarannya tidak disebut secara spesifik karena ia rahasia. Dipastikan ia istimewa. Hadiah tersebut akan diberikan tanpa perantara sehingga membuatnya spesial. Kita analogikan dengan penguasa yang hendak memberikan hadiah kepada seorang rakyatnya yang telah mengharumkan bangsa sehingga membuat sang penguasa terkesan. Penguasa tersebut tidak akan memberikan hadiah itu lewat perantara melainkan langsung memanggil yang bersangkutan ke istana. Ini tentu sangatlah spesial dan istimewa.

 

Puasa tak lain adalah kado istimewa dari langit.

Ainul Yakin

Ainul Yakin

Mahasiswa Magister Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Sadra - Jakarta,
Staff di Pondok Pesantren Quantum IDEA

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

×